PANTAI PINK (PANTAI TANGSI) - PANTAI SEBUI
Sudah memasuki hari ke-3 kami berada di Lombok, dan hari ini kami semangat sekali untuk pergi ke
Pantai Pink (Pantai Tangsi) dan sekitarnya. Pantai Pink memang menjadi tujuan incaran kami yang utama pada saat merencanakan pergi ke Lombok.
Meskipun sudah diwanti-wanti sama bapak
driver bahwa perjalanan akan memakan waktu yang cukup lama dan kondisi jalan yang kurang bagus, sama sekali tidak menyurutkan hasrat kami untuk mengunjungi Pantai Pink.
Jam 8 pagi kami sudah cabut dari hotel, canggih kaaannn,, demi Pantai Pink, uhuuyyy ;p
Novotel hotel, di mana kami menginap, terletak di daerah Pantai Mandalika (bersebelahan dengan Pantai Kuta). Nahh menurut perkiraan bapak
driver, dari area hotel Novotel menuju ke Pantai Pink memakan waktu kira-kira 3 jam-an, pfiiuuhhh...
Oya,,
jangan lupa bawa persediaan makanan & cemilan serta air mineral yang banyak ya, karena kata bapak
driver lokasi Pantai Pink ini lumayan terpencil, jadi ga ada warung. Dengan mengendarai mobil Avanza, yuukk kita cuusss..
Let's start our trip, babe..
Awal mula perjalanan, kondisi jalan masih mulus lah yaaa. Lalu kami memasuki daerah pasar yang ramai sehingga laju mobil pun agak terhalang oleh lalu lalang orang dan area jualan yang rada memakan badan jalan.
Setelah ituuuuu,,, setelah dari area pasar, jreeng jreeenng.. mulailah kami memasuki jalanan yang sama sekali ga mulus, berlubang, dan lumayan bikin cape,
a very bumpy road. Tapi demi menjadi saksi keindahan Pantai Pink, kami tetap semangat walaupun perut udah mulai serasa diguncang-guncang. Di sepanjang kanan kiri jalan dihiasi dengan pohon-pohon yang daunnya kering meranggas.
Setelah kira-kira menempuh perjalanan selama 3 jam, kami akhirnya menemukan plang kayu kecil menempel di pohon & hampir tak terlihat bertuliskan "
Pink Beach". Parkir mobil di situ, & ternyataaaaaaaa.... perjuangan belum berakhir kawan !!!
Untuk turun menuju pantai, kami harus berjalan kaki beberapa meter lagi (dan itu rasanya jauuhh banget) menuruni jalanan berpasir & berkerikil, berdebu, dan agak curam. Kalau mobil benar-benar memaksa untuk turun via jalan itu, kayanya harus benar-benar yang ahli banget deh, & kudu ekstra hati-hati, karena jalanannya licin berpasir. Apalagi kalau hujan yaa, ga kebayang.
Tapi semua perjuangan tadi terbayar lunas setelah kami sampai di pantai. Kalau sekilas melihat, pantai memang tampak biasa saja. Pantai yang sepi, pepohonan meranggas, rumah penduduk yang jumlahnya beberapa saja dan tampak amat sangat sederhana, hanya ada beberapa perahu saja tampak berderet di pinggir pantai.
Tapiiii begitu ombak datang menuju pantai dan akhirnya menyapu pasir pantai, pantai terlihat berwarna pink :) Warna pink muda yang lembut.
Menurut bapak
driver, kalau lagi siang dan matahari sedang amat terik seperti saat kami datang, warna pink pantai memang jadi kurang terlihat. Jadi harus sabar nunggu ombak datang menyapu pantai, barulah warna pink akan terlihat.
Warna pink pada pasir pantai ini sebenarnya dihasilkan dari pecahan-pecahan kecil karang-karang merah yang ada di laut, lalu terbawa ke pantai dan bercampur dengan pasir pantai yang berwarna putih. Air lautnya juga jernih banget, TOP BGT DEH..
 |
Batu karang merah dan warna pink yang dihasilkan pada pasir pantai |
Setelah sebentar melihat-lihat, kami langsung menumpang kamar mandi seorang warga untuk berganti baju, siap untuk
snorkelling, yippieeee... Karena sebelumnya kami sudah memberitahu bapak
driver kami ingin
snorkelling di tempat ini, maka sebelumnya bapak
driver sudah memberitahu pemilik perahu untuk menyiapkan masker dan jaket pelampung untuk kami (
fin-nya ga ada). Perahu sudah datang, dan siap membawa kami kebeberapa area untuk
snorkelling dan mengunjungi beberapa "pulau" kecil di sekitar Pantai Pink. Jangan lupa pakai
sunblock yoooo..
Acara
snorkelling kami kali ini kembali didampingi oleh bapak
driver. Pemandangan bawah laut di sekitaran Pantai Pink amat sangat bagus,
TOP banget deh,
menang jauuuuh dibandingkan pemandangan bawah laut di perairan sekitar Gili Trawangan dan Gili Air *imo
Memang kalau di
perairan sekitar Gili Trawangan dan Gili Air bisa dengan mudah kita temui
banyak ikan kecil warna warni, namun
karang-karangnya kebanyakan kurang berwarna (pucat) bahkan cenderung ga berwarna.
Kalau di
perairan sekitar Pantai Pink,
ikan kecil warna-warni memang tidak terlalu banyak, tapi
karang-karangnya baguuuuussss bangeeettt,, punya warna-warni yang sangaaaattt cantik, dan air lautnya sangat sangat jernih. Di perairan ini kita juga dengan mudah menemui
bintang laut warna biru cerah.
Di perairan ini,
ga jauh dari bibir pantai saja kita langsung bisa menemui karang-karang cantik, ga perlu sampai ke tengah laut. Jadi saat
snorkelling harap hati-hati ya supaya kaki kita ga menginjak karang.
Sayang ga punya
underwater camera, jadi ga bisa diabadikan deh, hikksss *hayoo nabung
 |
Lihat deh air lautnya, jernih banget yak !!! |
 |
Ini dia bintang laut warna birunya. Kalau di dalam laut, yang gw lihat warna birunya jadi lebih cerah mentereng, kaya electric blue gitu lowh.. |
Ini gambar-gambar yang berhasil kami dapatkan saat kami ada di atas perahu, dari satu area
snorkelling ke area
snorkelling lainnya.
 |
Kami dan si bintang laut biru :D |
 |
Ini dia bapak driver yang selalu setia mendampingi kami selama snorkelling. Lumayan buat pegangan kalau lagi cape berenang, ahahaaa.. |
 |
Banyak "pulau-pulau" kecil tak berpenghuni di perairan sekitar Pantai Pink. |
|
|
Gambar-gambar ini adalah PULAU PERTAMA yang kami kunjungi setelah snorkelling di spot pertama, pulau tak berpenghuni, daaannn... pasirnya juga berwarna pink muda :
Puas istirahat di pulau ini, kami diajak
snorkelling lagi, kali ini agak te tengah laut. Melihat muka kami yang agak rada cape, mamang petugas perahu mengusulkan supaya kami memegang bagian bawah perahu saja (kayu penyeimbang perahu), jadi bisa tetap
snorkelling tanpa cape-cape berenang. Setujuuuuu !!!
Karang-karang cantik yang kami lihat kali ini letaknya sudah agak jauh jaraknya di bawah (mungkin karena di area ini, laut juga sudah makin dalam kali ya), tapi tetap saja keindahan karang-karangnya masih bisa puas dinikmati oleh mata, warna-warninya tetap terlihat.
Lalu di suatu
spot, mamang petugas perahu menunjukkan kepada kami, bahwa di bawah situ terdapat lubang meeyerupai gua. Memang kami lihat ada seperti "gundukan", dengan lubang yang menganga hitam, meyerupai gua. Konon katanya itu adalah jalan bawah laut yang bisa dilintasi, digunakan pada saat jaman perang dulu. Entah benar atau tidak, tapi cukup bisa bikin "bergidik".
Perahu lalu melanjutkan lagi perjalanannya, dan di saat itu tiba-tiba kami merasa seperti terkena sengatan-sengatan halus di kulit muka dan kaki, seperti tersetrum listrik sedikit, dan berlangsung agak lama. Lama-lama ga tertahankan rasa perih dan panasnya, akhirnya kami bilang ke mamang untuk memberhentikan perahu. Bapak
driver lalu menyuruh kami segera naik ke perahu, ternyata tadi
kami disengat ubur-ubur. Terlihat besetan-besetan halus berwarna merah di muka dan paha. Untungnya ubur-ubur kecil halus, makanya tadi tidak terlihat. Ga kebayang kalau yang menyengat adalah ubur-ubur besar, hiiiiii...
Udah agak reda kagetnya (kaget akibat disengat ubur-ubur, hihihiii..), perahu membawa kami ke
PULAU KEDUA, ga tahu namanya.
Pulau kecil ini lagi-lagi tak berpenghuni, hanya kami ber-4 yang ada di pulau itu.
UNIKNYA, pantai di pulau ini berisi pecahan-pecahan batu karang dan koral, bukan pasir,, jadi rada sakit niy kaki kalau jalan tidak pakai sandal.
 |
Berdiri di atas pecahan batu karang dan koral |
 |
Naik ke atas bukit kecilnya, air laut tampak jernih banget dilihat dari atas |
 |
Pantai berisi pecahan batu karang dan koral |
 |
Pantai berisi pecahan batu karang dan koral |
 |
Pantai berisi pecahan batu karang dan koral |
Setelah snorkelling
lagi di beberapa area, kami diajak lagi ke sebuah PULAU KETIGA yang tak
berpenghuni. Wuuiiihhh,, kami serasa pemilik pantai pribadi yang
cantik bingit ini. Pasir pantai yang lembut berwarna putih,, eehhh
tunggu tungguuuu.. pas ombak kecil datang menyapu pantai, ternyataaaa,,,
pasir pantainya lagi-lagi juga berwarna PINK !!!! Yaaayyyy... Menurut mamang petugas perahu, pantai ini namanya PANTAI SEBUI (kalau ga salah ingat).
Langsung guling-gulingan di pasir (lagi), berjemur cantik (lagi), lari-lari ga jelas (lagi), dan main air (lagi).
Happy bangeeeetttt,, ga mau pulang ke Jakarta :'(
 |
Asyik dengan dunia sendiri. Ya iyalaahh,, kapan lagi kami bisa punya pantai pribadi ?! ;p |
 |
Asyik dengan dunia sendiri. Ya iyalaahh,, kapan lagi kami bisa punya pantai pribadi ?! ;p |
 |
Pasir pantai berwarna pink ketika disapu ombak |
Sekitar jam 2 siang, kami kembali ke Pantai Pink. Rasa lelah benar-benar terbayarkan ketika dengan mata kepala sendiri bisa menyaksikan keindahan bawah laut perairan sekitar Pantai Pink yang sangat indah *terharu
Plus bisa bermain-main puas di pulau-pulau "pribadi" yang tenang & sunyi, dihiasi kecantikan pasirnya yang berwarna pink dan air lautnya yang berwarna biru jernih.
God is the greatest artist !!!
Nahh,, sesampai di Pantai Pink, sebenarnya tidak ada fasilitas kamar bilas di sini (wong cuma ada beberapa rumah penduduk sederhana, yang letaknya saling berjauhan), tapi salah satu penduduk menawarkan "kamar mandi" sederhananya yang terletak di luar rumah untuk kami gunakan berbilas.
Air dalam ember tidak ada, lagi-lagi penduduk yang sangat ramah tersebut dengan baik hati menimbakan beberapa ember air untuk kami dari sumurnya. Menurut dia sudah lama hujan tidak turun, jadi air sumurnya juga hampir kering. Yaa secara airnya juga cuma sedikit untuk kami gunakan bertiga, dan sepertinya
air payau pula, kami berbilas seadanya saja. Itu juga sudah syukur alhamdulilah banget buat kebaikan penduduk tersebut. Terima kasih ya, Bu :*
Badan udah bersih, tibalah waktunya makan siang, lapar beraaaaatttt..
Duduk lesehan di bale-bale salah satu rumah, di depan kami terhidang ikan bakar segar hasil tangkapan, sayur sejenis kangkung tumis, sambal, dan nasi putih hangat mengebul. Plus kopi Lombok. Tanpa ba-bi-bu, kami langsung tancap gas ambil piring dan makan dengan lahapnya seperti orang kesurupan, ga pakai nafas lagi, ahahahaaa...
Entah karena kami sedang kelaparan tingkat maksimum karena capai berenang, atau memang masakannya lezat,, kami merasa ini adalah
hidangan terenak yang pernah kami makan. Padahal lauknya sederhana, tapi rasanya nikmaaattt sekali. Apalagi ditemani dengan
pemandangan laut lepas dan semilir angin. Surga dunia !!! Percaya atau tidak,
gw nambah nasi sampai 4x, ahahhaaaa...
Jadi kami bertiga memang membayar
IDR 400,000 sebelumnya ke bapak
driver untuk hari ini. Biaya tersebut untuk
biaya perahu dan alat snorkelling selama di Pantai Pink, dan juga biaya
makan siang sepuasnya di sini.
Selesai makan dan minum kopi khas Lombok, kami duduk leyeh-leyeh sebentar di bale-bale, benar-benar menikmati waktu di pantai yang tenang ini.
Begitu rasanya sudah kuat untuk berjalan lagi, kami diajak oleh bapak
driver untuk
naik ke bukit, melihat pemandangan laut lepas dari atas. Secara bukitnya rada berpasir dan berkerikil, agak kesusahan juga kami naik ke atas, merosot terus, hihihiii.. Untung ada bapak
driver yang baik hati yang sigap menolong.
 |
Penuh perjuangan banget naik ke bukit |
 |
Ini kontur tanah yang harus kami daki |
 |
Pfiuuuhhh,, akhirnya sampai juga di atas bukit |
 |
Mirip moncong buaya ya, hehee.. |
 |
Di atas bukit-bukit, biasanya terdapat BERUGAK (sejenis bale-bale) untuk tempat duduk-duduk melepas lelah. Sangat menyenangkan duduk di atas berugak sambil memandang lautan lepas. |
Puas melihat-lihat dari atas bukit, bapak
driver mengajak kami kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Ringgit. Dan bisa ditebak kan, badan yang masih pegal sehabis
snorkelling dan naik bukit, harus kembali menaiki jalan berpasir menanjak lagi kembali ke jalan utama, tempat di mana mobil kami diparkir, di bawah sinar matahari yang teramat terik. Rasanya itu jalan kaki terjauh kami deh, saking capenya, hahaaa.. Untung bapak
driver yang baik hati menawarkan diri membawakan tas-tas kami, hihihiii.. Thank you, bapaaakkk :*
TANJUNG RINGGIT & MERIAM JEPANG
Tanjung Ringgit letaknya tidak begitu jauh dari Pantai Pink, menyusuri jalan utama, kira-kira 15 menit dengan mengendarai mobil dan kondisi jalan yang kurang baik. Dari jalan utama, kami lalu belok masuk ke jalan yang kecil, lurus aja menyusuri jalan.
Kami lalu menemui sebuah bangunan tinggi (gw lupa itu bangunan apa, entah bangunan pembangkit tenaga listrik atau bangunan mercusuar), dan kami terus menyusuri jalanan kecil di samping bangunan tersebut. Dag-dig-dug juga siy naik mobil menyusuri jalanan ini, karena jalanan agak sempit, miring, dan takut aja gitu kalau tergelincir masuk ke jurang.
Setelah menyusuri jalanan nan sempit dan agak miring (mungkin karena area perbukitan kali ya), kami menemukan tanah yang lapang dan langsung memarkir kendaraan di situ.
Bapak
driver mengajak kami berjalan kaki menuju lokasi
meriam dan gua peninggalan Jepang. Hebat juga niy bapak bisa menemukan lokasi meriam, soalnya tidak ada papan petunjuk sama sekali.
Meriam ini lokasinya agak tersembunyi, di balik semak-semak belukar yang mengering. Di belakang meriam, terlihat seperti ruang kecil berpintu, dan menurut bapak
driver, itu adalah mulut gua peninggalan Jepang, yang konon katanya jika gua ini disusuri akan menembus ke gua lain di bawah tebing. Namun sayang gua peninggalan Jepang ini sudah ditutup akses masuknya.
 |
Meriam peninggalan Jepang pada masa penjajahan dulu |
 |
Di balik meriam, terlihat mulut gua yang tertutup (gua peninggalan Jepang) |
Kami melanjutkan berjalan kaki hingga ke ujung tebing, untuk menikmati pemandangan Tanjung Ringgit dari atas.Di sini kita bisa temui lagi
berugak, tempat yang paling pas untuk duduk sebentar melepas lelah, menikmati semilir angin laut, dan menikmati hasil karya seni Sang Maha Agung.
Sejauh mata memandang,
Tanjung Ringgit dikelilingi oleh tebing-tebing karang yang berdiri kokoh, sembari sesekali
ombak menghempas bagian bawah tebing karang, menimbulkan buih putih yang kontras dengan warna biru laut, dan alunan suara yang sanggup membawa perasaan damai.
Cobalah tengok warna lautnya,
warna birunya bergradasi jelas. Indah banget, sulit diungkapkan dengan kata-kata dan gambar, lebih baik datangi langsung tempat ini dan lihat sendiri keindahannya dengan mata kepala sendiri.
A must visit place before you die !!!
 |
Lihat deh warna biru laut yang bergradasi, warna yang terang dan jernih. |
 |
Lihat deh warna biru laut yang bergradasi, warna yang terang dan jernih. |
 |
Ombak yang menghempas tebing karang dan pecah, kembali ke laut. |
Kami juga menjumpai beberapa penduduk lokal yang hendak turun ke bagian bawah tebing karang untuk memancing.
Ga kerasa hari semakin sore, kami harus kembali ke mobil untuk menuju hotel, karena waktu tempuh dari Tanjung Ringgit hingga memakan waktu cukup lama, kira-kira 3 jam.
Jadi meskipun jiwa dan raga ini (*tsaaahhh.. ) rasanya berat sekali untuk meninggalkan keindahan & ketenangan Pantai Pink & Tanjung Ringgit, dengan langkah kaki yang berat kami terpaksa kembali ke hotel.
Namun jujur, menurut pendapat kami, dari tempat-tempat yang telah kami kunjungi,
Pantai Pink - Pantai Sebui - Tanjung Ringgit merupakan THE BEST SPOT di Lombok.
Merupakan surga tersembunyi,
hidden gem, yang belum seterkenal tempat-tempat wisata di Bali, padahal keindahannya mampu menyaingi keindahan Bali.
Selama 3 hari di Lombok, hari ke-3 ini adalah hari terbaik & hari terindah buat kami. Meskipun waktu tempuh lama, jarak tempuh panjang, kondisi jalan memprihatinkan, energi banyak terkuras, tapi semuanya telah terbayar LUNAS !!!
Bubyehh Lombok, akhirnya... satu lagi tempat cantik di Indonesia berhasil kami kunjungi :)
0 comments:
Posting Komentar