Let's wander where the wifi is weak. -Anonymous-
Hari ke-2 di Arborek, kami bangun pagi dengan semangat menggebu-gebu, tidak sabar untuk mengeksplor bagian lain dari R4. Kemarin kami dijanjikan bahwa tujuan hari ini kami akan ke Wayag jika cuaca memungkinkan, atau ke Piaynemo (disebut juga miniatur Wayag) dan sekitarnya bila Wayag tidak memungkinkan.
Melihat cuaca pagi begitu cerahnya, kami yakin bahwa hari ini kami bisa berangkat ke Wayag; namun pemberitahuan di saat sarapan pagi bahwa kami tidak mungkin bisa ke Wayag hari ini karena cuaca di sana tidak mendukung serasa disambar petir di siang bolong. Dhuaaarrrr..
Day 2, we woke up early in the morning, got ready to face another journey to explore Raja Ampat. Yesterday, we have been told that today we're going to go to Wayag if possible. The alternarive plan is we will go to Piaynemo, the miniature of Wayag. Can't wait !
The sun shined brightly, it was the perfect day to go to Wayag we thought. But suddenly we have been told that we can't go to Wayag because of the bad weather there. What ?????
Kecewa, pasti..!!! Siapa siy yang ga mau ke Wayag kalau udah jauh-jauh terbang ke R4 ?!
Namun lagi-lagi kami berusaha untuk meredam kekecewaan dengan berkata," Ya sudahlah, daripada kita kenapa2 juga di tengah laut."
Dissapointed ?? Sure !!! But what can we do if the weather didn't give its permit for us to visit Wayag. We don't want to be the one who was slammed by the big waves. Safety is number one priority.
Ohyaa,, menurut beberapa info yang kami dapatkan, bulan Juni - Agustus memang bukan waktu yang baik untuk berkunjung ke R4, karena di bulan-bulan tsb angin kencang dan gelombang tinggi. Apalagi sebelum berangkat ke R4, kami sempat mendapatkan info dari beberapa penginapan yang "mengaminkan" bahwa memang bulan Juni-Juli gelombang tinggi dan bukan waktu yang tepat untuk ke R4, bahkan Hamueco menutup resortnya di bulan-bulan ini. Jadi kami sudah menyiapkan mental kalau-kalau banyak destinasi tidak bisa kami kunjungi (walaupun tetap berharap juga hahaa).
Waktu terbaik untuk berkunjung ke R4 adalah Oktober - April.
The best time to visit Raja Ampat : October - April. Travelling in Raja Ampat by a small boat can be "horrified" on June - August because of the big waves. But if you just want to chill in the beach or snorkel around your homestay, then any month is good.
Balik lagi ke saat sarapan, kami diberitahu bahwa kami akan diajak ke Pianemo dan sekitarnya hari itu.
Ok,, hati kembali bahagia semangat kembali pulih.
Jam 8 pagi kami sudah siap berangkat dengan segala perlengkapan kami, menunggu boat di jetty.
Tik.. tok.. tik.. tok..
Jam demi jam berlalu, waktu terasa lamaaaa banget serasa menanti sang pacar yang tak kunjung melamar (ehh..).
So, we took the plan B, which was Piaynemo. It's ok.
8 a.m, we went to the jetty, waited the boat.
But,, hey,, where's the boat ? We can't find it anywhere.
Tick-tock on the clock, we have waited for almost 5 hours in the jetty, but there was no news from Mr. Rama, the one who should assist us in Raja Ampat.
Can't wait any longer, so one of us searched him around Arborek, and found him relaxing in Tengiri homestay, "busy" with his cell phone !!! Groooaaarrrrr....
Sudah hampir jam makan siang, selama itu kami sudah menunggu di jetty, bahkan sudah tertidur pula di jetty. Lagi-lagi kami sulit banget menghubungi yang namanya Bang Rama itu, aaarrrrgghhhhhh.. Ditelp berkali-kali bisa nyambung, tapi ga ngangkat dunk. Saking kesalnya, akhirnya salah seorang dari kami nyari dia, dan menemukan lelaki ini sedang asik tidur-tiduran sambil main hp di salah satu homestay. GONDOK GA SIY LO !!!!
![]() | |
While waiting the boat, hopeless.. :'( |
Alasan dia kenapa kami belum berangkat benar-benar mengarang indah deh :
- BBM habis, sehingga harus beli BBM dulu di Waisai (kalo udah tau BBM tinggal sedikit, kenapa ga dari kemarin siy belinya ? Kan kami kemarin tiba di Arborek jg masih siang, huhuhuuu..)
- Saat boat mau balik dari Waisai menuju Arborek, cuaca buruk banget menurut dia, sehingga boat tidak bisa balik ke Arborek. (entahlah bagaimana cuaca sesungguhnya di Waisai, karena di Arborek terang benderang siy.)
- Setelah alasan cuaca buruk, berikutnya alasan dia mesin boat mengalami kerusakan saat perjalanan dari Waisai ke Arborek. (astagaaaa,, ini dia yang kebanyakan alasan atau kita yang "dikutuk" siy karena kekeuh berangkat ke R4 saat musim tidak bagus ?!)
Kami pun beranjak menuju tempat makan siang, terdiam, lesu. Bahkan beberapa penduduk desa yang kami temui pun sepertinya turut bersimpatik dan paham kalau kami mengalami kesulitan dengan Bang Rama sehingga akhirnya terhambat pergi.
Sekitar jam 1 siang, kabar gembira datang, kami bisa berangkat ke Piaynemo, wohoooooo..
Setelah terluntang-lantung tanpa kejelasan selama 5 jam lebih (!!!), Om Nomensen (pemilik Manta Homestay tempat kami menginap) dan anaknya, Bang Roy; mungkin karena kasihan sama kami, menyiapkan perahu untuk membawa kami ke Pianemo. Berangkaaattt,, cuuuuuuussss..!!!
Mr. Rama gave his "best" reasons to us, but they sounded ridiculous :
- Lack of gasoline, so his helper bought it in Waisai.
- His helper can't go back to Arborek because of bad weather in Waisai.
- On the way back to Arborek, the helper found a problem in boat's engine.
Perjalanan dari Arborek menuju Piaynemo kurang lebih 1 jam (atau kira-kira 2 jam dari Waisai), dengan ombak yang sekali-sekali datang menghantam sehingga perahu beberapa kali pula terguncang cukup hebat, hiiiii.. Namun begitu kami sudah memasuki wilayah Piaynemo, air sangat tenang dan warna airnya benar-benar bikin jatuh cinta, hijau kebiruan atau biru kehijauan yaa,, hahaaa..
At 1 p.m, Mr. Nomensen (the owner of Manta homestay where we stayed) and his son, Mr. Roy, told us that they can help us to provide the boat if we want to go to Piaynemo. We accepted their offering.
And here we were, on the way to Piaynemo. It took about one hour from Arborek to Piaynemo (or 2 hours from Waisai to Piaynemo).
Piaynemo, atau Penemu, disebut-sebut juga sebagai miniatur Wayag, karena gugusan pulau-pulau karang yang tersebar memang menyerupai Wayag, hanya saja pulau-pulau karang di sini berukuran lebih kecil. Perairan yang mengelilingi gugusan pulau karang memiliki warna toska yang menakjubkan. Tapi sensasi terhebat melihat gugusan pulau karang nan indah ini didapatkan dengan menaiki kurang lebih 320 anak tangga, kira-kira memakan waktu 15 - 30 menit, tergantung kecepatan kalian menaiki anak tangga. Tidak perlu terburu-buru menaiki tangga, nikmati saja suasana pohon-pohon tinggi yang menaungi dan udara yang sejuk selama berada di sana.
Oya, jangan khawatir, tangga kayu yang dinaiki sama sekali tidak curam koq, area tangga pun cukup luas sehingga tidak perlu khawatir bakal berdesak-desakan. Menurut keterangan Bang Roy, tangga kayu yang sudah sangat tertata rapi dan bagus ini dibuat menjelang kedatangan Bapak Jokowi ke Piaynemo. Sekali lagi, terima kasih Pak Jokowi.
Jadi jangan berkecil hati kalau belum kesampaian ke Wayag, cukup berkunjung ke Piaynemo juga sudah cukup mengobati luka hati, eeaaaa..
Piaynemo (or Penemu island) : it's "just" the mini Wayag (Wayag's miniature), but with the great excitement you get when you see it.
Why Piaynemo is called as the mini Wayag ? Because Piaynemo has the same rock islands (karst islands) which are scattered on the crystal clear turquoise sea water, but with the smaller size. The 320 wooden stairs will take you to an amazing & unforgettable view.
![]() | ||||
The dock in Piaynemo |
![]() |
Ready to go upstairs, hahaa.. |
![]() |
The comfy wooden stairs |
Area di puncak Piaynemo pun (viewing platform) juga sudah tertata rapi, luas, dan memiliki pagar pengaman.Jadi selama di atas tidak perlu berdesak-desakan lagi.
Sesampainya di atas, alam langsung menyajikan kecantikannya, gugusan pulau karang kecil berwarna hijau kecoklatan "melayang" cantik di atas laut berwarna biru tosa. Daku cuma bisa menangis bahagia, speechless, semua gambar yang selama ini cuma bisa dilihat di sosmed sekarang terpampang nyata di depan mata.
Once I reached the top I couldn’t wipe the smile and the happy tears from my face. The view is superb, it's too surreal, and makes me speechless, hahaa..
I can see this beautiful place directly with my own eyes, right in front of my eyes; the place which I often see in the travel magazines and instagram :D
![]() |
The spacious viewing platform on the top of Piaynemo (credit to @callmetimo) |
![]() |
The spacious viewing platform, the magnificent view of rocks islands, and the "super model" ahahaa.. |
Setelah puas dibuat takjub oleh Piaynemo, kami kembali ke dock untuk melanjutkan perjalanan dengan boat menuju Telaga Bintang. Di dock ini selain tempat bersandarnya boat, banyak juga pedagang yang menjual kelapa muda dan jajanan lainnya seperti pop mie, bahkan ada juga yang menjual kepiting jumbo.
Kalau kebelet menunaikan "naluri alam", juga tersedia beberapa kamar kecil untuk BAK.
Telaga Bintang, apa pula itu ??
Kalau kata Bang Roy, Telaga Bintang sebenarnya masih merupakan bagian dari Piaynemo, tapi terdapat di bagian lain yang harus ditempuh dengan boat selama 15 menit. Telaga Bintang merupakan "laguna" yang menyerupai bentuk bintang bersegi lima. Well, we'll see.
Ternyata untuk mencapai puncaknya, tidak ada tangga yang nyaman seperti di Piaynemo. Kami harus memanjat batu-batu karang yang cukup tajam, dan memakan waktu selama kira-kira 10-15 menit. Di atas pun tidak ada area yang luas dan datar seperti di Piaynemo, bahkan amat sangat sempit sehingga harus berganti-gantian dengan rombongan lain untuk berfoto di atas. Sesampai di atas, keringat udah bercucuran, kaki udah gemetaran nahan cape dan takut, haha..
From Piaynemo, we continued our trip to Telaga Bintang (Star Lagoon). It took 15 minutes from Piaynemo by boat. Why they called it Star Lagoon ? It's amazing how this lagoon has the star-shaped. To get the view, you have to climb up the steep rock hill for about 10-15 minutes, there's no comfy stairs such as in Piaynemo. Be careful of the sharp rocks along the way. But it's worth the risk once you're on top tof the hill, the view is woww!
Unfortunately, this place just has the narrow viewing area, and without the safety barrier.
![]() |
Batu karang yang harus dipijak untuk menggapai puncak Telaga Bintang (You have to climb up the steep rock hill before you got the amazing view) |
![]() |
Telaga Bintang (Star lagoon which has the star-shaped) |
![]() |
Niy lihat,, cuma segini aja area puncaknya, sangat sempit sehingga kami pun harus berbaris ke belakang untuk foto hahaa.. (the narrow viewing area on the top hill, without the safety barrier.) |
Selepas dari Telaga Bintang, kami tidak sempat ke mana-mana lagi selain pulang ke Arborek, karena menurut Om Nomensen semakin sore gelombang laut akan semakin tinggi. Dalam perjalanan pulang pun, ternyata laut lebih "galak" dibandingkan saat perjalanan pergi menuju Piaynemo.
Kami tiba di Arborek sekitar jam 4 sore sehingga kami sempat snorkeling lagi di sekitar jetty Arborek hingga menyaksikan matahari terbenam yang sangat cantik.
Terima kasih Raja Ampat untuk hari ini :*
It was the time for us to go back to Arborek. We arrived at Arborek at 4 pm, and how lucky we were because we got the beautiful sunset in Arborek jetty.
Thank you Raja Ampat for today :*
![]() |
Beautiful sunset from Arborek jetty |
![]() |
Warna langit di Kampung Arborek sesaat setelah matahari terbenam (The golden hour at Arborek village, just after the sunset) |
![]() |
Warna langit di Kampung Arborek sesaat setelah matahari terbenam (The golden hour at Arborek village, just after the sunset) |
Oiyaaa,, boleh loh cekidot video perjalanan kami selama di R4, lagi-lagi
dibuat dan diedit dengan sepenuh hati oleh talented man @callmetimo.
Our video trip made by our multi-talented best friend. Check it out.
- Icip - icip Surga Dunia : Raja Ampat Day 1
- Pilah Pilih Homestay di Arborek (Choose Your Homestay at Arborek Island)
0 comments:
Posting Komentar