Berburu
promo menarik Garuda Indonesia menjelang akhir tahun menjadi rutinitas membahagiakan & menggairahkan (
karena plus sensasi deg-deg-an) bagi saya & teman saya sejak tahun 2012.
Yeeaaahh,, mungkin buat sebagian besar orang akan menyebut kami cukup terlambat dalam hal memulai kegiatan
travelling, tapi tidak ada kata terlambat dalam kamus otak kami untuk mengeksplor keindahan Indonesia.
Impian terbesar kami memang untuk bisa menjelajah Indonesia dari ujung barat hingga ujung timur, namun karena "nasib" sebagai pekerja kantoran dengan jatah cuti hanya 12 hari, maka kami putuskan setiap tahunnya akan
cap-cip-cup-kembang kuncup memilih satu destinasi impian untuk dijelajahi, dan yang dapat mewujudkan destinasi impian kami sampai saat ini yaa
Garuda Indonesia.
Banyak yang bertanya, kenapa siy harus memilih maskapai ini, bukan maskapai lain.
Simply to say, maskapai GA memberikan pelayanan yang sangat memuaskan kami sampai saat ini, sehingga sulit memaksa kami untuk berpaling ke lain hati hehee (
kecuali kalau sampai dompet cekak yak)..
Senyum hangat yang menyambut para penumpangnya mulai dari
check-in counter hingga pendaratan di tempat tujuan, kursi pesawat yang nyaman, makanan yang lezat sehingga tidak takut kelaparan selama perjalanan hehee (
penting banget untuk perut kami yang selalu kelaparan), layanan hiburan selama penerbangan,
free newspaper, dan yang paling penting :
hingga saat ini kami belum pernah mengalami masalah keterlambatan keberangkatan alias delay. (
ga kaya maskapai tetangga itu tuuhh ;p )
Harga tiket GA mahal ???
Ngga juga ahh,, maskapai GA cukup sering koq mengadakan promo yang menarik, apalagi jika mau "berjuang" menghadiri kegiatan Garuda Indonesia Travel Fair di mana pada jam-jam tertentu GA akan membagikan tiket promo yang harganya cukup bisa membuat mulut ternganga lebar hehe.
Atau ya ikut cara kami, tiap menjelang akhir tahun, kami mulai rajin duduk depan laptop dan membuka website GA, dan
voila,, kami sudah berhasil mendapatkan tiket ke Bali, Lombok, Medan, Belitung dengan harga yang murah (
*nyengir lebar)
Hingga akhirnya di akhir tahun 2014, kami berhasil mendapatkan
3 lembar tiket promo Garuda Indonesia menuju salah satu destinasi impian kami sejak dulu,
ACEH,meskipun dengan perjuangan yang agak melelahkan untuk perburuan tiket promo kali ini.
Awalnya kami ingin membeli tiket promo via online untuk tanggal yang telah kami bertiga sepakati, namun karena sedikit "perdebatan" selama beberapa saat, tiket promo yang kami incar habis sudah. Dengan terburu-buru kami langsung mengincar tanggal lain, setelah mendapatkan tanggal dan siap untuk bertransaksi lagi, salah seorang dari kami mengatakan bahwa GA sedang bekerjasama dengan salah satu bank provider kartu kredit dan promonya cukup menggiurkan, namun pembelian tiketnya harus ke kantor pemasaran tiket GA. Salah seorang dari kami sampai rela izin sebentar keluar kantor menuju ke kantor pemasaran di Jl. Asia Afrika Bandung, daaaaaannn,,, puji Tuhan tiket promo berhasil kami dapatkan.
Yeeeeessssss,, halleluyaaaaaa... !!! *jingkrak-jingkrak senang
HARI 01
Dan di tanggal 6 Juni 2015, kami
duduk gelisah kaya orang ambeien di ruang tunggu teminal 2F Soekarno Hatta, menantikan panggilan menuju ke dalam pesawat. Rasanya masih tidak percaya, kalau akhirnya kami bisa berhasil berangkat ke Aceh, pesona ujung barat Indonesia yang dulu hanya bisa kami lihat di blog-blog yang berseliweran setiap
googling kata Aceh di internet, yang keindahan alamnya berhasil membius kami dan serta merta membuat kami berkhayal jauh, yang keelokannya terpatri di memori kami sehingga kami bersikeras untuk harus bisa pergi ke sana suatu hari nanti.
Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam 45 menit, kami selamat menginjakkan kaki di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Bumi Aceh, Serambi Mekkah :)
Kami tidak sempat mengamati bangunan bandara Sultan Iskandar Muda, karena kami harus
buru-buru cusss menuju Pelabuhan Ulee Lheue, mengejar kapal jam 16.00 WIB menuju Pelabuhan Balohan, Pulau Weh. Betullll sekali, kami ingin menghabiskan 3 hari liburan impian kami di
Pulau Weh, pulau paling barat Indonesia.
 |
Jadwal kapal penyeberangan Banda Aceh - Sabang dan Sabang - Banda Aceh |
 |
Tiket kapal cepat kelas eksekutif seharga Rp 85,000 / orang |
 |
Suasana di dalam kapal cepat | | | | | | |
|
 |
Pelabuhan Balohan, Pulau Weh :) |
Penyeberangan dari Banda Aceh (Pelabuhan Ulee Lheue) menuju Pulau Weh (Pelabuhan Balohan) memakan waktu 45 menit. Meskipun setiap perjalanan memakan waktu yang cukup lama dan cukup terburu-buru, kami sangat menikmatinya. Dari Pelabuhan Balohan, kami langsung menyewa mobil untuk menghantarkan kami ke Pantai Iboih, dan waktu tempuh selama kira-kira 45 menit. Lagi-lagi perjalanan tersebut tetap tidak membuat kami lelah, karena perjalanan yang kami lalui sangat menyenangkan. Tidak disangka jalan raya di Pulau Weh sangat mulus, tidak mengenal kata macet hahaaa (
maklumlah, kami ini korban kekejamana ibukota ), dan sepanjang perjalanan dihiasi dengan pemandangan hutan lindung dan laut lepas. Sungguh-sungguh deh pulau kecil yang sangat indah.
Begitu kami tiba di Pantai Iboih (atau disebut juga Pantai Teupin Layeu), kami menggunakan
speed boat selama kira-kira 5 menit untuk menuju penginapan kami,
Iboih Inn Resort. Sebenarnya resort ini juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 20 menit dengan menyusuri Hutan Iboih, namun karena fisik yang sudah cukup lelah (
faktor U niy kayanya), kami memutuskan menggunakan fasilitas
free ini.
 |
Pantai Iboih (Pantai Teupin Layeu) |
 |
Iboih Inn Resort |
Iboi Inn Resort merupakan penginapan yang terletak di hutan Iboih (pinggir laut), dan memiliki harga penginapan yang bervariasi, tergantung dari lokasi kamar. Semakin jauh dari pinggir laut, harga kamar akan semakin murah. Kami memutuskan mengambil kamar nomor 4, yang terletak di pinggir laut dan langsung menghadap Pulau Rubiah (sebagai info, kamar yg kami ambil adalah tipe
Deluxe Waterfront, dengan
tarif Rp 550,000 / malam, sudah
termasuk makan pagi). Kalau mau lebih murah, tapi kamar letaknya agak di belakang berbatasan dengan Hutan Iboih, yaitu
tipe kamar Jungle Room, dengan tarif Rp 400,000 / malam, kamar dilengkapi dengan AC, dan sudah termasuk makan pagi.
Kamar sangat nyaman, dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC), kamar mandi dengan
shower air hangat dan air dingin (namun sayang rasa air agak asin), disediakan handuk - sabun - shampoo juga, stop kontak yang banyak (
cocok niy buat para gadget mania), dispenser, dan yang paling menarik adalah
hammock untuk leyeh-leyeh yang dipasang di setiap balkon kamar. Resort ini juga menyediakan makanan ringan hingga makanan berat, yang bisa kita santap di area makan yg merupakan area terbuka, sambil memandang laut lepas, dengarin debur ombak, atau menatap keindahan langit malam.
Sungguh suatu nikmat dan sensasi bersantai yang luaaarrr biasa, dapat membaringkan diri di atas
hammock yang nyaman, sembari meresapi suara sendu air laut dan desiran lembut angin, gemerisik daun-daun pohon yg berasal dari hutan Iboih di belakang resort kami, memandang keindahan paduan warna senja, dan menikmati keanggunan Pulau Rubiah yang berlokasi tak begitu jauh dari penginapan kami. Sungguh sensasi senja nan syahdu yang sanggup menggetarkan jiwa.
Aahhh.. alam memang pandai dalam membelai jiwaku.
 |
Dermaga Iboih Inn Resort, tempat bersandarnya speed boat. Titik awal bila ingin ke Pantai Iboih ataupun ke Pulau Rubiah. |
 |
Pulau Rubiah dari balkon kamar kami |
 |
Paduan warna senja |
 |
Suasana kamar Iboih Inn Resort |
 |
Tempat bersantai |
 |
Pemandangan dari balkon kamar |
 |
Hammock, tempat di mana waktu serasa berhenti, dan aura senja senantiasa memanjakan jiwa kami |
 |
Menikmati senja di Iboih Inn Resort |
 |
Senja di ujung dermaga Iboih Inn Resort |
 |
Jalan setapak yang menghubungkan satu kamar ke kamar lain |
 |
Tangga menuju hutan Iboih |
 |
Di ujung dermaga Iboih Inn Resort, menghadap langsung ke Pulau Rubiah |
 |
Iboih Inn Resort juga menyewakan peralatan snorkeling |
 |
Peralatan snorkeling yang disediakan oleh Iboih Inn Resort |
Satu hal lagi yang sanggup membius kami, dari balkon ataupun dermaga Iboih Inn Resort, kami bisa menyaksikan ikan-ikan kecil nan cantik menari dengan lincahnya. "Keajaiban" ini bisa kami dapatkan karena perairan di sekitar Iboih Inn Resort sangat jernih dan bersih.
 |
Ikan kecil berwarna biru banyak terdapat di sekitar Iboih Inn Resort |
 |
Ikan-ikan kecil berwarna-warni berlalu-lalang di sekitar dermaga Iboih Inn Resort |
 |
Warna biru turquoise yang jernih di perairan Iboih Inn Resort |
HARI 02
Pagi-pagi benar kami bangun karena tidak ingin tertinggal menyaksikan pesona pagi yang ditawarkan oleh Pulau Weh. Damai sekali rasanya melihat perairan yang tenang disinari oleh kemilau fajar di pagi hari.
 |
Fajar pagi menambah keelokan Pulau Rubiah |
Setelah sarapan pagi, kami bersiap-siap untuk menyeberang ke Pulau Rubiah, apalagi kalau bukan untuk .....
snorkeling *yihaaaaaa
Kami menyeberang dari Iboih Inn Resort menggunakan
speed boat, dan perjalanan hanya memakan waktu kira-kira 5 menit.
Bagi yang tidak menginap di Iboih Inn Resort, para pengunjung dapat menuju Pulau Rubiah dengan menyeberang dari Pantai Iboih. Di Pantai Iboih selain menyediakan jasa penyeberangan ke Pulau Rubiah, juga menyediakan penyewaan alat-alat
snorkeling.
Yang saya kagumi di Pulau Weh ini, harga penyewaan alat-alat
snorkeling di manapun anda menyewa adalah sama. Menurut keterangan Ibu Liza (pengelola Iboih Inn Resort), bila ada yang memasang tarif berbeda, akan dikenakan teguran ataupun sanksi.
Pulau Rubiah
Banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang ke Pulau Rubiah untuk
snorkeling dan
diving. Perairan di sekitar Pulau Rubiah memang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Bagi kami yang hanya melakukan kegiatan
snorkeling, menurut kami terumbu karang di sini kurang beragam (warnanya sebagian besar putih, menurut pemandu
snorkeling aka Bang Degam, itu akibat dari bencana tsunami 2004), namun keberagaman ikannya sangat mempesona mata dan hati.
Di pulau ini tidak ada penginapan, hanya warung-warung makan sederhana untuk memfasilitasi teriakan perut para wisatawan :)
Sarana kamar mandi pun teramat sangat minim, sayang banget. Bahkan waktu saya mau ke kamar mandi utk berbilas pun, ternyata tidak ada air, tidak ada penerangan, dan baunya aduhaaaiiii..
Sekarang,, biarkan gambar yang berkisah sebagian kecil dari keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah.
Credit to Bang Degam,, thanks Bang udh rela
free dive demi mengambil foto-foto bawah laut heheee..
 |
Pardon my selfie :p |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : kuda laut |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : lobster |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : clown fish (ikan badut) bersembunyi di antara anemon |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : clown fish (ikan badut) |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : budidaya terumbu karang |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah : bulu babi (sea urchin) |
 |
Keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah |
Bagaimana ????
Serasa melihat Film Nemo diputar
live di depan mata kaaaannn ? :)
Setelah puas menikmati keindahan alam bawah laut Pulau Rubiah, kami pun kembali ke Iboih Inn Resort, untuk kembali menanti pesona senja di ujung dermaga Iboih Inn.
HARI 03
Setelah 2 malam menginap di Iboih Inn Resort, kami pun
check out untuk mencoba bermalam di tepi Pantai Sumur Tiga, yaitu di Freddies.
Namun sebelum
check in, kami puaskan "nafsu"
travelling kami untuk mengelilingi Pulau Weh, dengan menyewa sebuah mobil (
tarif sewa mobil 1 hari keliling Pulau Weh + driver + BBM + besoknya diantar ke Pelabuhan Balohan = Rp 550,000 ).
Tugu Kilometer Nol Indonesia
Menurut blog-blog yang pernah kami jelajahi, saat terbaik mengunjungi Tugu Kilometer Nol Indonesia adalah sore hari, sembari menikmati sensasi matahari terbenam di ujung paling barat Indonesia ini. Tapi apa daya, karena letihnya badan sehabis
snorkeling tak bisa dipungkiri, kami baru bisa berkunjung ke tugu ini di pagi hari.
Perjalanan menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia adalah perjalanan melewati hutan lindung, dan kerap di sisi jalan kita akan menemui kawanan monyet liar yang meminta makan.
Sesampainya di tugu ini, sayang sekali tugu sedang menjalani proses renovasi besar-besaran
*yaaaaahhhh :'(
Namun berdiri di area ini mampu membuat saya merinding bahagia (bahkan ingin menangis rasanya, lebaaayy hehee..), rasanya seluruh impian hidup saya terwujud saat ini,
impian yang dulu hanya bisa di angan-angan saja sambil nyanyi Dari Sabang Sampai Merauke,, namun akhirnya saya bisa menyentuh titik nol kilometer Indonesia, titik di mana wilayah Indonesia berawal dari ujung paling barat. Memang benar kata pepatah : "Beranilah bermimpi."
Pemandangan di sekitar Tugu Kilometer Nol Indonesia pun tak pelak juga mampu membuat takjub mata ini. Seluas mata memandang, hamparan biru Samudra Hindia terpampang luas tanpa ada yang menghalangi. Saya berasa "kecil" sekali di tempat ini. Namun sayang, deretan warung-warung makan sederhana (dan mungkin liar) menghalangi pandangan ke laut lepas.
 |
Pemandangan laut lepas (Samudra Hindia) dari area Tugu Kilometer Nol Indonesia |
 |
Rencana pembangunan Tugu Kilometer Nol Indonesia |
 |
Makhluk yang setia menanti di sepanjang jalan menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia :) |
 |
Tugu Kilometer Nol Indonesia |
Pantai Gapang
Mari kita melanjutkan perjalanan mengelilingi Pulau Weh. Destinasi impian berikutnya adalah Pantai Gapang. Pantai berpasir putih nan landai dan bersih ini cukup sepi, saat kami tiba hanya terdapat sekelompok anak kecil yang sedang asyik berenang dan sekelompok kecil turis asing yang sedang bersiap-siap berangkat
diving.
Namun kesunyian dan keheningan pantai ini sanggup membisikkan memori yang indah dalam ingatan kami.
Pictures don't do the justice, tapi kami akan mencoba bercerita melalui beberapa gambar yang berhasil kami tangkap.
 |
Pantai Gapang |
 |
Pantai Gapang : hammock |
 |
Pantai Gapang : sepasang sejoli :) |
 |
Pantai Gapang |
 |
Pantai Gapang |
 |
Pantai Gapang |
 |
Pantai Gapang |
Tidak jauh dari situ, kami melihat dermaga. Inilah sisi lain Pantai Gapang dari dermaga.
 |
Pantai Gapang |
 |
Dermaga di area Pantai Gapang |
 |
Pantai Gapang |
 |
Suasana dermaga yang sepi nan syahdu, cocok buat bergalau ria hahaaaa.. |
 |
Area penginapan yg berada di tepi Pantai Gapang |
Mini Volcano Jaboi (Jaboi Geothermal Area)
Yang terbayang di benak saya pada saat Bapak
driver mengatakan bahwa ia akan mengajak kami ke gunung berapi mini (
mini volcano) adalah gundukan tanah yang tidak begitu tinggi menjulang seperti layaknya gunung yang telah meletus beberapa kali.
Begitu akhirnya kami sampai di pinggir hutan dan harus berjalan kaki beberapa ratus meter, mata saya tetap sibuk mencari di mana yaaaa "gundukan" tanah yang tinggi itu, mengapa jalan yang kami lalui tidak mendaki sama sekali,,, hingga akhirnya tidak berapa lama kemudian kami menjejakkan kaki di tanah berbatu yang cukup lapang dengan bau belerang yang cukup menyengat. Tiba-tiba bapak
driver mengatakan bahwa kami sudah sampai di gunung berapi mini Jaboi.
Spontan saya menyeletuk menanyakan di mana gunung berapinya, namun dengan santainya Bapak
driver mengatakan bahwa tanah yang sedang kami pijak ini adalah gunung berapi mininya.
Haaaaahhhhh,, apaaaaaa ???? Dan benar, tiba-tiba saya merasa tanah yang saya pijak terasa hangat (apalagi saat itu saya sedang mengenakan sandal jepit), dan dari balik batu-batu yang berongga muncullah uap tipis berbau belerang. Di tanah agak lapang ini baru saya sadar warna kuning yang tersebar di antara bebatuan-bebatuan tersebut adalah mineral belerang.
Woooowww.. !!!!
 |
Mini volcano Jaboi |
 |
Mini volcano Jaboi |
 |
Mini volcano Jaboi |
 |
Jalan setapak menuju Mini volcano Jaboi |
 |
Mini volcano Jaboi |
 |
Mini volcano Jaboi : rongga - rongga tsb mengeluarkan uap belerang, kelihatan kan warna kuning di antara batu-batu tsb,, itu belerangnya. |
 |
Mini volcano Jaboi |
 |
Mini volcano Jaboi, yang berwarna kuning adalah mineral belerang |
Saksi Sejarah : Bunker Jepang Anoi Itam (Anoi Itam Japanese Bunker)
Sebelum menuju Bunker Jepang, kami sempat menikmati makan siang sederhana namun lezat di rumah makan yang terdapat di area Pelabuhan Balohan (makan siang kenyang dan lezat cukup mengeluarkan kocek Rp 70,000 saja untuk 3 orang
*nyengir makin lebar).
Namun yang ingin saya bagikan bukanlah nilai makanannya, tapi perjalanan selepas dari Pelabuhan Balohan menuju Bunker Jepang, tersajikan dengan indahnya pemandangan sebagian kecil Pulau Weh dari atas. Foto kami ambil dari ketinggian tertentu di suatu pinggir jalan raya.
Stunning..
 |
Pelabuhan Balohan dari atas |
 |
Jalan berliku |
 |
Sebagian kecil Pulau Weh dari atas |
 |
Berlatar belakang jalan berliku |
Setelah puas melihat sedikit bagian Pulau Weh dari atas, kami melanjutkan perjalanan menuju Bunker Jepang. Bunker Jepang berjumlah cukup banyak di Pulau Weh, oleh karena itu Pulau Weh juga mendapat julukan sebagai
The Island of Thousand Fortresses. Bunker-bunker ini dibangun antara tahun 1942 - 1945, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Letak Bunker Jepang yang kami kunjungi kali ini ini tidak jauh dari Pantai Anoi Itam, hanya bersebelahan. Namun sayang kami tidak sempat mampir ke pantai ini. Menurut keterangan bapak driver, pantai Anoi Itam ini memiliki pasir yang berwarna hitam.
Pasir pantai ini memiliki kandungan mineral nikel yang tinggi. Bumi Aceh memang kaya akan kekayaan alamnya.
 |
Pantai yang kami jumpai sebelum menaiki anak tangga menuju Bunker Jepang Anoi Itam |
Sebelum mencapai bunker jepang ini, kita harus menaiki cukup banyak anak tangga terlebih dahulu.
Siapin sedikit fisik dulu yooo (^_^)v
Setelah sampai di atas, kita akan menyusuri jalaan setapak seperti lorong terbuka, yang di sebelah kirinya pun terdapat benteng kecil yang agak tersembunyi. Berjalan di sepanjang jalan setapak ini memberi kesan yang terlindungi, karena di kanan kirinya ditumbuhi dan dinaungi oleh pohon-pohon.
 |
benteng kecil yang agak tersembunyi di sebelah kiri jalan setapak |
 |
Jalan setapak menuju bunker jepang |
 |
Akar-akar pohon yang besar dapat dengan mudah kita temui di dinding jalan setapak |
 |
Jalan setapak menuju bunker jepang |
 |
Nahh ini dia akhir dari jalan setapak. Tampak di ujung jalan terletak ujung meriam dengan posisi melintang. |
Di ujung lorong ini, kita akan melihat benteng (bunker) Jepang yang berdiri tegap mengarah ke laut lepas Selat Malaka. Posisi bunker di atas bukit tinggi yang menghadap Selat Malaka memang pas banget untuk memantau kalau-kalau ada pergerakan musuh. Setelah puas melihat laut lepas dari dalam bunker, cobalah menuruni bukit yang berada di depan bunker, dan pemandangan Selat Malaka yang begitu indah terpampang jelas di depan mata, ditemani dengan semilir angin laut, di sebelah kanan kita juga bisa melihat Pantai Anoi Itam.
Pictures don't do the justice, tapi gambar-gambar di bawah ini tetap berusaha keras menggambarkan pemandangan menakjubkan ini.
 |
Bunker Jepang Anoi Itam |
 |
Bunker Jepang tampak depan |
 |
Pantai Anoi Itam dilihat dari bunker Jepang |
 |
Pantai Anoi Itam dilihat dari bunker Jepang |
|
|
 |
Menuruni bukit & anda akan mendapatkan pemandangan laut lepas Selat Malaka |
 |
Batu karang di bawah bukit, sayang penuh dengan sampah bungkus makanan & botol plastik minuman |
 |
Pardon my selfie heheee,, in front of Japanese bunker |
 |
Pohon kelapa tanpa daun, berdiri tegak di depan bunker Jepang, sendiri ........ |
 |
Pemandangan Selat Malaka |
 |
Pantai Anoi Itam dari kejauhan |
 |
How great Thou art !!! |
 |
Sahabat, berdiri di tengah-tengah karang di bagian bawah bukit (dengan pemandangan sampah yg mengganggu !!!) |
 |
Bunker Jepang & pohon kelapa gundul yg menjomblo tapi tetap happy ;p |
 |
Niy penampakan batu karang lebih dekat lagi |
 |
Bawaannya langsung pengen nyebur deh saking birunya ini laut, tapi takut ada hiu (-__-") |
Setelah puas menikmati situs sejarah bunker Jepang dan pemandangan Selat Malaka, maree berletih-letih ria menuruni tangga, dan begitu sampai di bawah, jangan lupa mencicipi rujak Aceh, segaaaaarrrrr.. (
sayang niy ga sempat difoto, udah lapar booo....)
Penampakannya siy mirip dengan rujak buah pada umunya, berupa potongan-potongan buah pepaya, mangga, nanas, bengkuang, jambu, dan entah apa lagi. Kuahnya berupa bumbu kacang (plus taburan kacang juga) dengan gula merah dan cabai kali ya supaya ada rasa pedasnya. Dan ada rasa khas-nya, seperti rasa asam rada kecut sepat tapi segar banget. Pas nanya ke bapak penjual rujak, sensasi rasa tsb karena bumbu dicampur dengan buah rumbia. Hooooooo....
 |
Ketemu hewan ini yang dengan santainya menyeberang jalan raya :D |
 |
Ketemu hewan ini yang dengan santainya menyeberang jalan raya :D |
Kalau main ke Pulau Weh, jangan lupa mampir ke Toko Piyoh. Toko Piyoh (Piyoh - bahasa Aceh - artinya mampir atau singgah) berlokasi di Jl. Cut Mutia no.11, Sabang. Toko ini sejenis dengan Joger-nya Bali atau Dagadu-nya Jogja. Toko kecil ini menjual kaos-kaos lucu khas Aceh, tas, mug, topi, magnet kulkas,
key holder,
tumbler, dan souvenir lucu unik lainnya.
Oya, kalau mau memasuki tokonya, jangan lupa alas kakinya dilepas ya :)
Kudu wajib didatangi deh, masa balik ke rumah dengan tangan kosong heheee...
Berkunjung ke berbagai destinasi menarik di Pulau Weh udah, menikmati rujak Aceh udah, berburu oleh-oleh udah, sekarang saatnya menuju ke Pantai Sumur Tiga, tempat di mana kami akan menginap 1 malam, di penginapan Freddies Santai Sumur Tiga, milik Opa Freddie.
 |
Pemandangan Kota Sabang yang kami lewati saat menuju Freddies |
 |
Pemandangan Kota Sabang yang kami lewati saat menuju Freddies |
 |
Pemandangan Kota Sabang yang kami lewati saat menuju Freddies |
 |
Pemandangan Kota Sabang yang kami lewati saat menuju Freddies |
Sebelum mahgrib, kami sudah tiba di penginapan Freddies. Dari jalan raya, kita akan berjalan kaki (
tidak begitu jauh koq..) menyusuri gang kecil, dan
voila.. sampailah di penginapan Freddies. Setelah serah terima kunci di "resepsionis" depan, kami langsung menuju kamar.
Bangunan berupa beberapa bungallow yang lokasinya bertingkat-tingkat mengikuti kontur area, dan pastinya didominasi dengan tangga,
tapi tenaaaang, anak tangganya ga begitu banyak koq, hitung-hitung olah raga lah, dan worth it dengan pemandangan pantai & lautnya yang tenang.
Dalam perjalanan menuju kamar, kami melewati dapur Opa Freddie yang lengkap bangeettt peralatan dan bumbu masaknya, lalu ada lemari kecil yg berisi buku-buku dan beberapa permainan seperti monopoli. Di samping dapur Opa Freddie adalah area makan, sehingga kalau kita makan, kita bisa sembari melihat aktivitas opa Freddie yang gayanya asyik banget waktu masak.
Bungallow didominasi dengan kayu, dan semua bungallow menghadap ke pantai, semua bungallow memiliki beranda dan
hammock,
woooowww bangetttt kan..
Dinding kamar seperti terbuat dari anyaman bambu, lantai terbuat dari kayu.
Di dalam kamar tidak ada AC hanya ada kipas angin duduk (tapi ga perlu pakai AC juga, angin dari arah pantai udah sanggup bikin hawa sejuk dan sukses bikin mata kriyep-kriyep), twin bed atau double bed, kulkas mini, dispenser - air mineral, kopi-teh-gula, kamar mandi dengan
shower air panas-dingin (& menurut saya airnya tidak asin, tidak seperti di Iboih Inn Resort). Selain pintu kamar yang terbuat dari kayu, dilengkapi juga dengan pintu kasa kawat, jadi kalau mau bobo bisa buka pintu kayunya (hanya pakai pintu kasa kawat aja), dan
area ini sangat aman banget koq, kan pintu kasa kawatnya juga memiliki kunci pengaman. Juga
bebas nyamuk-nyamuk nakal. Oia,, juga dilengkapi dengan free wifi loowwh,, tapi di kamar kami harus pintar-pintar cari posisi biar dapat wifinya kencang heheee..
 |
Area makan yang bersebelahan dengan area dapur. Lelaki yang kurus jangkung itu adalah Opa Freddie yang lagi asyik menyiapkan menu makan malam |
 |
Area makan |
 |
Area makan |
 |
Area makan |
 |
Area makan |
 |
Lemari kecil penuh dengan buku yang bisa kita pinjam |
 |
Aneka permainan yang bisa kita pinjam juga,, cihuuuyyy abeeesss |
 |
Dinding area depan yg dihiasi dengan beberapa penghargaan yang berhasil diraih oleh penginapan The Freddies |
 |
Kami dapat kamar no 8, terletak di lantai 2 |
Dan ini adalah kamar kami :
 |
Double bed |
 |
Kipas angin, dispenser & "peralatan perang" membuat teh atau kopi |
 |
Elmo is enjoying his big bed |
 |
Beranda kamar kami |
 |
Beranda kamar kami | | | | | |
|
 |
Area bungallow dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa yang memberikan hawa sejuk |
Dan ini penampakan bangunan bungallow dari luar :
 |
Pemandangan dari beranda kamar kami |
 |
Atap bangunan bungallow |
 |
Atap bangunan bungallow |
 |
Ini area makan yang letaknya tidak berdampingan dengan dapur, letaknya agak ke bawah, lebih mendekati pantai |
 |
Area bungallow tampak depan, didominasi dengan tangga |
 |
Area bungallow berbatasan langsung dengan pantai Sumur Tiga |
 |
Area bungallow berbatasan langsung dengan pantai Sumur Tiga |
 |
Area makan |
Kalau nginap di sini, harus nyobain makan masakannya Opa Freddie. Kami makan malam dan makan pagi di penginapan, ogah makan ke tempat lain, udah jatuh cinta sama masakan beliau hahaaa..
Saat menjelang makan malam, kami sudah ditelp ke kamar sebelumnya oleh petugas yang memberitahukan bahwa kami sebaiknya tiba di area makan jam 19.30 WIB dan usahakan tidak boleh terlambat.
Awalnya kami bingung, kenapa siy makan aja harus diatur-atur gini kaya di asrama ????
Sesampainya kami di area makan tepat jam setengah 8 malam, kami lihat para tamu juga sudah siap duduk di area makan. Oooo,, ternyata makannya bareng-bareng, dimulai bersamaan, disajikan pada waktu yang sama.
Setelah semua tamu duduk, Opa Freddie lalu menyapa kami semua dengan kata-kata sambutan dalam bahasa Inggris.
Dari penuturan kata-kata beliau, terlihat sekali bahwa sambutan ini bukan hanya sekedar formalitas belaka, tapi Opa Freddie memang hangat sekali dalam memperlakukan setiap tamunya, sangat ramah menyapa kami satu per satu, energetic pula. Opa Freddie tidak bisa berbahasa Indonesia (paling hanya beberapa kata yang ia bisa), karena beliau adalah warga keturunan Afrika Selatan.
Beliau lalu menjelaskan apa saja makanan yang akan nanti dia hidangkan kepada kami.
Hidangan makan malam yang disajikan pertama adalah hidangan
appetizer, yang dihantarkan langsung oleh Opa Freddie ke meja kami (
lupa apaan yang disajikan, yang pasti uenaaaakkkk).
Lalu dilanjutkan dengan berbagai hidangan utama (
main course) yang disajikan di meja utama, sehingga para tamu secara prasmanan mengambil hidangan tersebut.
Hidangan makan malam ditutup dengan menu
dessert yang nikmat, dan hidangan penutup juga dihantarkan ke meja kami (
lagi-lagi lupa apa yang disajikan hahaaa,, pokoknya apapun yg disajikan sudah bisa dipastikan ENAK). Di sela-sela acara makan malam ini, Opa Freddie lagi-lagi menyapa kami satu per satu, menanyakan bagaimana
taste masakannya, bagaimana liburan kami, dll.
Sungguh nikmat sekali suasana makan di Freddies ini : berbagai hidangan lezat yang sanggup memuaskan nafsu hidung-mulut-perut (
entah kenapa saya merasa, hidangan Opa berhasil mengalahkan hidangan mahal yang disajikan oleh resto-resto mewah di Jakarta yg sudah pernah saya coba), suasana hangat yang berhasil diciptakan oleh Opa Freddie, semilir angin pantai yang sejuk, iringan musik jazz yang disetel oleh Opa, plus suara debur ombak. Rata-rata hidangan yg disajikan oleh Opa memang lebih didominasi dengan menu ala Eropa.
It's a romantic vibe, trully !!!
 |
Menu appetizer kami : Udang apalah namanya,, yang pasti lezaaatttt.. |
Menu breakfast-nya Opa juga sedap semua. Seingat saya ada salad, omelet, dan beberapa menu sedap lainnya, plus berbagai pilihan jus buah dan susu. Ga kalah deh pelayanan dan rasanya sama hotel bintang *****.
TOP dan SALUT buat Opa Freddie (
Opa,, opa,, kenapa ga ikutan kompetisi Master Chef aja siy ?! Heheee..)
Sayang kami hanya menginap 1 malam di sini,
saran saya usahakan menginap di sini MINIMAL 2 MALAM, sembari mengeksplor keindahan Pantai Sumur Tiga dan kelezatan masakan Opa Freddie.
Penginapan Freddies yang terletak di bibir Pantai Sumur Tiga ini menghadap ke arah timur,
jadi jangan malas untuk bangun pagi yaaaa,, sensasi sunrise-nya (kalau lagi cerah) PANTANG dilewatkan joo !!!.
Ini dia suasana Pantai Sumur Tiga, pantai pasir putih yang landai, memiliki garis pantai yang cukup panjang, dengan lautnya yang tenang, dan deretan pohon-pohon kelapa tinggi menaungi. Kata Opa kenapa dinamakan Pantai Sumur Tiga, karena di pantai ini terdapat 3 buah sumur air tawar. Hmmm,, sumur air tawar berdekatan dengan laut yg notabene asin,
wheeewww..
 |
Menjelang sunrise |
 |
Menjelang sunrise |
 |
Menjelang sunrise |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari : ini dia salah satu sumur air tawarnya |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Pantai Sumur Tiga di pagi hari |
 |
Menjelang sunrise |
 |
Menjelang sunrise |
Liburan kami di Pulau Weh ini harus segera kami akhiri, padahal masih jauh dari rasa puas karena belum sempat mengeksplor Pantai Sumur Tiga, tapi kami harus segera berangkat ke Pelabuhan Balohan, karena kapal ferry yang akan menghantarkan kami kembali ke Banda Aceh berangkat jam 08.00 pagi.
Ini rincian biaya di Freddies Santai Sumur Tiga :
- Biaya menginap : Rp 300,000 / malam / room (excl tax)
- Breakfast : Rp 35,000 / pax (excl tax)
- Buffet dinner : Rp 65,000 / pax (excl tax)
- Taxi (Freddies - Pelabuhan Balohan) : Rp 25,000 / orang
Bubyeeeehhh Sabang, bubyeeehhh Pulau Weh.
Keindahan alam Pulau Weh memang sangat mempesona, keramahan penduduknya juga patut diacungi jempol. Saya sebagai non-muslim sama sekali tidak merasa "dipinggirkan" atau "dinomor sekian-kan" atau "di-diskriminasikan" oleh penduduk sana. Senyum dan sapa ramah selalu menyambut saya di manapun.
Yang penting sebagai tamu di "rumah orang lain", kita harus mengikuti adat istiadat mereka,
berpakaian sopanlah selama kita berada di luar area pantai (jangan pakai celana minim apalagi bikini di luar area pantai).
Sabang emang sesuai banget suasananya dengan "kepanjangannya" >>>
SaBang = Santai Banget :) :) :)
Keramahan penduduknya krn motto mereka :
Peumulia jamee adat kamo (memuliakan tamu adat kami).
 |
Loket Pelabuhan Balohan |
 |
On my way to Ulee Lheue Ferry Port |
|
Ow iyaaa,, selama penyeberangan dari Pulau Weh ke Banda aceh atau sebaliknya, usahakan jangan tidur, karena kalau anda beruntung, anda bisa melihat lumba-lumba berenang ;)
 |
Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh |
Rincian pengeluaran selama di Pulau Weh (3 hari 2 malam, Juni 2015) :
Hari 1 :
- Mobil bandara - Pelabuhan Ulee Lheue : Rp 150,000
- Kapal cepat kelas executive (Pelabuhan Ulee Lheue - Balohan ) : Rp 85,000 / org
- Iboih Inn Resort (Deluxe waterfront) incl breakfast : Rp 550,000 / room / night
- Makan malam di Iboih Inn Resort : Rp 148,000 / 2 orang (ini siy tergantung pilihan menu dan seberapa banyak anda makan hihihiii.. Kalau kami, pastinya tipikal orang yang makannya menggila ;p)
Hari 2 :
- Boat + snorkelling devices (Pulau Rubiah) : free (compliment untuk kami karena ada kesalahan dari pihak Iboih Inn Resort)
- Makan siang di Pulau Rubiah : Rp 130,000 (3 orang dan kenyaaaang)
- Makan malam di Iboih Inn Resort : Rp 113,000 (2 orang)
- Iboih Inn Resort (Jungle Room) incl breakfast : Rp 400,000 / room / night
Hari 3 :
- Makan siang di Balohan : Rp 70,000 (3 orang dan kenyaaaang)
- Minum dan rujak Aceh di Bunker Jepang : Rp 32,000 (3 orang)
- Driver + BBM + mobil keliling Pulau Weh 1 hari : Rp 550,000
- Freddies Santai Sumur Tiga : Rp 336,000 / room / night (incl tax)
- Makan malam & breakfast di Freddies : Rp 220,000 (2 orang, incl tax)
- Taxi (Freddies - Pelabuhan balohan) : Rp 25,000 / orang
- Kapal cepat (Balohan - Ulee Lheue) : Rp 85,000 / orang
Iboih Inn Resort
- email : iboih.inn@gmail.com atau contact@iboihinn.com
- website : http://www.iboihinn.com/
- phone : 0811 - 841 570, 0812 699 1659 (Ibu Saliza)
Freddies Santai Sumur Tiga
Mobil dari airport - Pelabuhan Ulee Lheue : Bang Zuhri (0852 6037 6497)
Mobil dari Pelabuhan Balohan - Pantai Iboih : Bang Agus (0813 6001 4721)
Mobil keliling Pulau Weh : Bp Hasyim (0852 7751 1056) atau Bp Adnan (0852 7745 3075)
0 comments:
Posting Komentar