Setelah menikmati
keindahan alam dan keramahan penduduk Pulau Weh selama 3 hari 2 malam, kami melanjutkan perjalanan kami di hari ke-4 menuju Banda Aceh (
one day Aceh city tour), sebelum kembali ke Jakarta.
Kami menyeberang dari Pelabuhan Balohan (Pulau Weh) dengan kapal cepat KM. Express Cantika 89 pukul 08.00 WIB (
salut,, kapal penyeberangan ini selalu berangkat tepat waktu) dan waktu tempuh menuju Pelabuhan Ulee Lheue (Banda Aceh) kira-kira 45 menit.
 |
Pelabuhan Balohan, Sabang, Pulau Weh |
 |
Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh |
 |
Kapal Cepat Express Cantika 89 yang menyeberangkan kami dari Pelabuhan Balohan ke Pelabuhan Ulee Lheue |
Di pintu keluar Pelabuhan Ulee Lheue, Bang Zuhri sudah menunggu kami dan langsung menyapa kami dengan senyum hangatnya nan ramah. Bang Zuhri inilah yang akan mengantarkan kami keliling kota Banda Aceh 1 hari ini.
Tanpa banyak membuang waktu, kami langsung cuuusss menuju Situs Tsunami PLTD Apung.
Situs Tsunami : PLTD APUNG
Kita tentu masih ingat bencana tsunami hebat yang menimpa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, pukul 07:58:53 WIB. Di pagi yang tenang itu (apalagi sedang musim libur Natal - Tahun Baru), tiba-tiba terdengar berita bahwa tsunami melanda Aceh. Sontak semua siaran stasiun televisi didominasi oleh berita tsunami ini.
ACEH BERDUKA, INDONESIA BERDUKA, DUNIA BERDUKA.
Di televisi ditampilkan gambar-gambar yang sangat menyayat hati, korban jiwa tergeletak di mana-mana, korban tsunami yang selamat tampak bingung (mungkin sedang mencerna sebenarnya apa yang sedang terjadi, atau mungkin juga sedang bingung mencari sanak keluarganya), tangis pilu terdengar di mana-mana, bangunan hancur lebur rata dengan tanah bumi pertiwi, kepedihan yang tampak di layar sungguh sulit digambarkan dengan kata-kata.
Bencana tsunami Aceh 2004 telah membangkitkan rasa kepedulian & kemanusiaan warga Indonesia & juga warga dunia. Semua pihak bahu membahu untuk memberikan bantuan : doa - tenaga - material. Bantuan kemanusiaan berdatangan dari dalam maupun luar negeri.
Sekarang Aceh sudah pulih, bangunan-bangunan & rumah-rumah sudah kembali berdiri tegak. Namun situs-situs tsunami tetap dapat kita jumpai di Tanah Aceh,
sebagai pengingat untuk semua orang,
betapa dahsyat akibat yang ditimbulkan oleh bencana tsunami,
betapa kecilnya kita manusia di hadapan alam semesta ini,
betapa pentingnya persatuan, kerjasama, dan tolong menolong di antara manusia (tanpa membedakan SARA), &
betapa pentingnya mempelajari dan mewaspadai kekuatan alam.
Salah satu situs tsunami yang kami kunjungi adalah PLTD Apung.
- Situs ini berlokasi di Jalan Harapan, Gampong Punge, Blang Cut, Banda Aceh.
- Biaya masuk saat saya berkunjung free, hanya bayar biaya parkir.
- Jam buka dari hari Senin - Minggu, jam 09 - 12 WIB, jam 14 - 17.30 WIB. Jam buka hari Jumat hanya sampai jam 17.00 WIB.
Kapal raksasa ini (
guedeeee buangeeettt soalnya) adalah kapal pembangkit listrik tenaga diesel lepas pantai, jadi sebelum tsunami terjadi letak kapal raksasa ini ada di laut, di Pelabuhan Ulee Lheue.
Kapal memiliki berat 2,600 ton dengan panjang 63 meter & lebar 19 meter (
kebayang kan gedenya, diserempet dikit aja sama niy kapal bisa gepeng deehh). Dan saat terjadi bencana tsunami,
kapal raksasa ini terdorong ke daratan oleh arus laut sejauh 5 KILOMETER ke arah pemukiman warga di Desa Plunge Blang Cut !!!! Dahsyaaattt..
Saat datang & lihat langsung salah satu akibat kedahsyatan bencana tsunami ini, perasaan yg ditimbulkan campur aduk banget : takjub + heran + sedih + miris + merinding.
Apalagi melihat monumen yang terletak di area depan yang bertuliskan nama-nama korban meninggal di dusun-dusun sekitar.
Kita bisa mengitari "lingkar luar" kapal dengan menjalani track yang telah dibuat untuk mengelilingi kapal. Sesudah puas melintasi
track, kita bisa naik ke bagian atas kapal. Pemandangan yang disajikan dari atas kapal sungguh menarik, yaitu pemandangan
landscape Kota Banda Aceh.
Lalu di area belakang terdapat bangunan yang menampilkan beberapa foto "kerusakan" yang diakibatkan oleh tsunami Aceh 2004.
 |
Gerbang masuk Situs Tsunami PLTD Apung |
 |
Monumen Relief Tsunami PLTD Apung |
 |
Keterangan singkat mengenai PLTD Apung |
 |
Prasasti yang menunjukkan jumlah korban meninggal akibat tsunami Aceh tahun 2005 di Dusun Tuan Dipakeh |
 |
Prasasti yang menunjukkan jumlah korban meninggal akibat tsunami Aceh tahun 2005 di Dusun Tuan Balik Ayei |
 |
Prasasti yang menunjukkan jumlah korban meninggal akibat tsunami Aceh tahun 2005 di Dusun Krueng Doy |
 |
Prasasti yang menunjukkan jumlah korban meninggal akibat tsunami Aceh tahun 2005 di Dusun Tuan Dikandang |
 |
Prasasti yang menunjukkan jumlah korban meninggal akibat tsunami Aceh tahun 2005 di Dusun Lampoh Lubhouk |
|
|
|
|
|
 |
Waktu yang menunjukkan kapan persisnya terjadi bencana tsunami Aceh 26 Desember 2004 (kira-kira menjelang pukul 8 pagi WIB, tepatnya pukul 07:58:53 WIB) |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km |
 |
Track (lintasan) yang dibuat untuk mengelilingi kapal PLTD Apung I |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km |
 |
Kapal PLTD Apung I dengan bobot 2600 ton, terseret oleh arus tsunami ke daratan sejauh 5 km & rumah yang menjadi korban tsunami |
 |
Monumen tampak atas |
 |
Menara pandang |
 |
Bagian atas kapal PLTD Apung I |
 |
Bagian atas kapal PLTD Apung I |
 |
Pemandangan dari atas kapal PLTD Apung I |
 |
Pemandangan dari atas kapal PLTD Apung I |
 |
Bagian atas kapal PLTD Apung I |
 |
Kapal PLTD Apung I |
 |
Bagian dalam kapal PLTD Apung I yang menurut keterangan sedang dikerjakan untuk pembangunan museum |
 |
Menuju menara pandang |
 |
Rumah yang menjadi korban tsunami Aceh 2004 |
 |
Bangunan di area belakang yang digunakan untuk menampilkan foto-foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Bangunan di area belakang yang digunakan untuk menampilkan foto-foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Bangunan di area belakang yang digunakan untuk menampilkan foto-foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Bangunan di area belakang yang digunakan untuk menampilkan foto-foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Bangunan di area belakang yang digunakan untuk menampilkan cara penanggulangan bahaya tsunami |
 |
Foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Foto bencana tsunami Aceh 2004 |
 |
Foto bencana tsunami Aceh 2004 |
MUSEUM TSUNAMI ACEH
Mari kita beranjak ke tempat berikutnya, yaitu Museum Tsunami Aceh.
Museum yang dirancang oleh arsitektur Indonesia sekaligus walikota Bandung : Bp. Ridwan Kamil, berlokasi di Jl. Sultan Iskandar Muda no 3, Blang Padang, Banda Aceh.
Museum Tsunami Aceh didirikan untuk mengenang tragedi tsunami Aceh 2004. Menurut keterangan di brosur yang saya dapatkan, konsep awal dari museum ini adalah sebagai penyimpanan dokumentasi yang terkait dengan bencana alam tsunami 26 Desember 2004, agar generasi mendatang dapat mengenang dan belajar dari peristiwa gempa bumi dan tsunami yang maha dahsyat ini.
HTM Museum Tsunami Aceh saat saya berkunjung ke sana free.
 |
Jadwal buka Museum Tsunami Aceh |
Keterangan yang saya dapatkan dari brosur :
Museum Tsunami Aceh dirancang dengan judul 'Rumoh Aceh' as Escape Hill, yang menggabungkan konsep Rumoh Aceh (rumah bertipe panggung) dengan konsep
escape building hill atau bukit untuk menyelamatkan diri, konsep analogi amuk gelombang tsunami, tari tradisional Saman, cahaya Allah, serta taman terbuka berkonsep masyarakat urban. Museum ini terdiri dari 3 lantai dan 1 lantai dasar.
Saat melewati pintu masuk, kita diberi pilihan untuk memasuki museum, pilihan pertama adalah melalui lorong gelap dan pilihan ini tidak dianjurkan bagi yang merasa takut atau masih trauma dengan tsunami. Pilihan kedua adalah masuk dengan jalur biasa.
Kita akan memasuki lorong yang gelap, mungkin untuk menghadirkan kembali suasana gelap mencekam saat tsunami. Dan di sepanjang dinding lorong dialiri dengan air.
Setelah melewati lorong gelap, kita akan memasuki ruangan
The Light of GOD yang berbentuk seperti
tunnel kearah atas dan di bagian paling atas terdapat tulisan ALLAH (dalam tulisan Arab). Menurut keterangan, hal ini menggambarkan pengharapan para korban tsunami akan adanya bantuan dari Tuhan, untuk keluar dari kegelapan hidup setelah diterjang tsunami.
Menyusuri jembatan pengharapan, coba tengok ke atas dan kita akan melihat bendera-bendera dari 52 negara yang memberikan bantuan untuk masyarakan Aceh pasca tsunami. Di bawah jembatan pengharapan terdapat kolam ikan dan area yang cukup luas untuk duduk-duduk santai. Namun sayang saat saya mengunjungi museum ini, air kolam tampak coklat keruh.
Di sepanjang pinggir kolam, terdapat prasasti-prasasti berbentuk bulat bertuliskan nama-nama negara yang memberikan bantuan pasca tsunami Aceh 2004.
 |
Jembatan Pengharapan |
 |
Jembatan Pengharapan |
 |
Kolam di bawah Jembatan Pengharapan,, dasar kolamnya kotor kan :'( |
 |
Bendera negara-negara yang memberi bantuan pasca tsunami bagi masyarakat Aceh |
 |
Prasasti bertuliskan nama negara yang memberi bantuan bagi masyarakat Aceh pasca tsunami |
 |
Prasasti bertuliskan nama negara yang memberi bantuan bagi masyarakat Aceh pasca tsunami |
Dan ini adalah bagian dalam Museum Tsunami Aceh :
 |
Petunjuk arah, jadi jangan dilanggar yaaaa |
 |
Di Museum Tsunami Aceh terdapat ruang audio visual yang memutar film dokumenter tsunami 2004 |
Semoga museum ini dapat terawat dengan baik dan juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia maupun internasional dengan sebaik-baiknya, sebagai pengingat dan pembelajaran.
RUMOH ACEH
Rumoh Aceh merupakan rumah tradisional masyarakat Aceh, dan memiliki tipikal rumah panggung. Rumoh Aceh memiliki 2 tangga, tangga depan dan tangga belakang. Pintu masuknya agak rendah, sehingga bila kita ingin memasuki rumah ini kita harus agak membungkuk. Rumah yang terlihat kokoh ini tidak menggunakan paku saat pembangunan, hanya menggunakan ikatan dari tali ijuk serta pasak.
 |
Pintu keluar yang seperti pintu tingkap sebelum menuruni tangga |
Nahh,, sekarang mareee kita masuk ke bagian dalamnya.
- Begitu melewati pintu masuk, kita akan menemui area serambi depan (sramoe keue), yang berfungsi sebagai ruang tamu, ruang belajar mengaji, dan tempat bermusyawarah.
- Sebelum menuju serambi belakang, kita akan melewati ruang tengah (rambat) yang diapit oleh 2 buah kamar tidur yang saling berhadapan (terletak di bagian barat dan timur rambat). Kamar ini merupakan kamar tidur utama (disebut juga rumah inong atau juree).
- Berikutnya adalah serambi belakang (sramoe likot), di mana area ini merupakan area yang hanya boleh dimasuki oleh sesama penghuni rumah atau kerabat dekat saja. Serambi belakang ini fungsinya serupa dengan ruang keluarga (tempat berkumpul anggota keluarga, mengasuh anak, melakukan pekerjaan sehari-hari wanita seperti menjahit) dan ruang dapur.
Dan ini terletak di sisi luar Rumoh Aceh :
 |
Alat untuk menumbuk padi, astagaaaa susah n berat bgt cuy.. *lap keringat |
 |
Yang berbentuk bak tabung besar itu adalah tempat penyimpanan padi |
Situs Tsunami : KAPAL GAMPONG LAMPULO
Situs tsunami yang kami kunjungi berikutnya adalah kapal di atas rumah atau lebih dikenal situs kapal Gampong Lampulo.
Pada saat tsunami Aceh tahun 2004, kapal kayu ini terseret ke perumahan penduduk di kawasan Gampong Lampulo, terdampar di atas rumah Pak Misbah / Ibu Abasiah.
Kapal kayu berbobot 20 ton, dengan panjang 25 meter dan lebar 5,5 meter terseret sejauh 1 km ke arah perumahan penduduk.
Kapal ini juga berhasil menyelamatkan 59 jiwa warga yang berusaha naik ke atas kapal tsb.
Menurut Bang Zuhri (driver kami), saat air banjir sudah mulai surut, ternyata ada buaya besar yang sedang berlindung di bawah kapal tersebut.
 |
Daku tampak seperti liliput di depan kapal terdampar tsb |
 |
Sisa-sisa bangunan rumah tempat kapal kayu terdampar di atasnya |
 |
Sisa-sisa bangunan rumah tempat kapal kayu terdampar di atasnya |
 |
Sisa-sisa bangunan rumah tempat kapal kayu terdampar di atasnya |
MIE RAZALI : Citarasa Sepanjang Masa
Ga kerasa euy udah lewat tengah hari banget, pantesan perut udah keruyukan ekstrim. Bang Zuhri langsung mengajak kami ke
Mie Aceh Razali.
Akhirnyaaaa,, bisa kesampaian juga ngerasain makan mie aceh asli di Aceh hahaaa,, bukan mie aceh "import" heheee..
Psstt,, Pak Jokowi juga pernah makan di sini cuy, ada fotonya dipajang di resto ini.
Berarti ga salah pilih tempat makan siang lah yaaa..
Kami memilih menu
mie kepiting, dan astagaaaaaa..
porsinya guedeee bangeett, dan itu
satu kepiting utuh (bukan cuma kakinya aja, atau tempurungnya aja, tapi the whole body) nangkring cantik lezat di atas mie-nya. Kami yang udah lapar menggila, langsung kalap makan mie kepiting ini, daaaaannn lupa difoto ahahahaaaa..
Yang pasti rasanya lezaaaaattt nian sampai lupa daratan, dan pas mo bayaaaarrr,, makin takjub lagi liat bon-nya.
Harga mie porsi besar gini plus kepiting utuh tanpa dikorupsi sedikit pun bagian badannya CUMA IDR 35,000 per porsi. Muraaahhh beuttt untuk porsi super kenyang dan super lezat.
Secara ga sempat foto karena udah ngeces pengen segera santap, jadi monggo di-googling aja gimana penampakan Mie Aceh ini.
* ahhh jadi ngecese lagi deh bayangin mie-nya.
MESJID RAYA BAITURRAHMAN / BAITURRAHMAN GRAND MOSQUE : Mesjid Cantik Kebanggaan Rakyat Aceh
Setelah kenyang mam mie kepiting, kami melanjutkan perjalanan kami ke Mesjid Raya Baiturrahman yang menjadi
icon dari kota Banda Aceh.
Sebelum memasuki halaman mesjid ini, saya bertanya terlebih dahulu pada driver kami apakah bagi non-muslim bisa mengunjungi dan memasuki mesjid cantik ini.
Lalu jawaban dia melegakan hati saya, saya bisa memasuki mesjid ini asal saya berpakaian sopan dan tidak sedang "berhalangan".
Siiiaaaappp,, saya pakai celana & kaus lengan panjang, serta "sekedar" menutupi kepala dgn syal saya.
Namanya juga bertamu ke "rumah" orang, wajar thoo kalau kita berpakaian pantas untuk menghormati tuan rumah :)
Mesjid cantik ini kalau dipandang sekilas penampakannya seperti Taj Mahal India yak.
Mesjid mewah dengan keindahan arsitekturnya cukup bisa membuat mulut saya ternganga lebar saking kagumnya heheee..
Ok, one of my bucket lists >> checked.
Bang Zuhri juga bercerita pada saat tsunami Aceh tahun 2004, mesjid raya ini menjadi satu-satunya bangunan yang mampu tegap berdiri menghadapi terjangan arus deras tsunami dan mampu menjadi media penyelamat bagi banyak orang yang berlindung di dalam mesjid ini.
Wooowww...
Di halaman mesjid ini (di bawah pohon, dekat pintu masuk sebelah utara) terdapat prasasti yang menyatakan bahwa di tempat tersebut telah tewas seorang jendera besar pasukan Belanda, Mayor Jendral JHR Kohler, pada tanggal 14 April 1873. Ia tewas tertembak pada saat tentara Belanda datang untuk menguasai Mesjid Raya Baiturrahman & berusaha merebut Kesultanan Aceh.
 |
Bagian dalam Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian dalam Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian dalam Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian dalam Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
 |
Bagian luar Mesjid Raya Baiturrahman |
Waktu udah makin sore, makin mepet pula dengan jadwal penerbangan kami kembali ke Jakarta.
Pakai acara lari-lari cantik di bandara karena saat kami sampai di pintu masuk bandara, udah kedengeran pengumuman bahwa penumpang GA dipersilahkan masuk ke dalam pesawat,
teeettt toootttt..
Oiyaaa,, jangan lupa beli oleh-oleh kopi Aceh yang terkenal itu yaaaa..
Coba mampir ke warung kopi Solong Ulee Kareng, wajib mampir pastinya. Kopi yang digunakan katanya adalah biji kopi jenis robusta.
Kami bertiga mampir ke situ untuk membeli 2 cangkir kopi susu hangat & 1 cangkir es kopi susu, nikmaaaatttt bangeeeeetttt,, total IDR 35,000.
Beli juga bubuk kopinya sebagai oleh-oleh, harganya IDR 21,500 per kantong.
Thank you Aceh,, thanks for being nice to us.
Semua ketakutan yang selalu didengung-dengungkan orang-orang sekitar saya (terutama karena saya non-muslim) saat saya mengungkapkan niat saya mau pergi ke Aceh, musnah semua.
Saya benar-benar merasa di rumah sendiri, warganya ramah-ramah, terutama penduduk lokal Pulau Weh.
I'm so blessed :)
0 comments:
Posting Komentar