“Don’t judge each day by the harvest you reap but
by the seeds that you plant.”
~ Robert Louis Stevenson
JULY 3rd, 2016
Perjalanan yg cukup melelahkan kami tempuh selama kurang lebih 9 jam, dimulai dari Riung menuju kota Ruteng.Terasa melelahkan karena mungkin hampir setengah hari awal kami habiskan untuk snorkeling di Riung, lalu lepas tengah hari kami harus melanjutkan perjalanan dari Riung ke Bajawa selama 4,5 jam; dilanjutkan ke Aimere selama 1 jam (makan malam di Aimere), dan waktu tempuh dari Aimere menuju Ruteng adalah 3,5 jam. Jalan berkelok-kelok yang sangat panjang & gelap kami lalui (cukup bikin mabuk darat hehee...), beruntunglah Bang Yos sang driver sangat cekatan dalam mengendarai mobil.
Sekitar jam 10 malam kami tiba di Ruteng. Suhu dingin yang sangat menusuk langsung menyergap kami, & kami memutuskan untuk menginap di Hotel Rima (sudah ga sanggup lagi pilih2 hotel karena hari sudah malam, udara sangat dingin, badan capai, & mengantuk berat).
Kamar yg tersisa untuk kami ber-6 tinggal kamar tipe economic triple.
REVIEW KAMAR :
- Kamar yang saya tempati di lantai 2 berukuran tidak begitu luas.
- Di dalam kamar terdapat 2 single bed dan 1 ranjang susun berukuran single juga.
- Kamar mandi letaknya di lantai bawah.
- Suasana kamar memang tidak begitu nyaman buat saya (apalagi kalau dibandingkan dengan Pondok SVD yg baru kemarin malam kami tempati), kasur tipis sehingga sukses bikin punggung saya sakit & juga legok (cekung) di sisi tengah kasur.
- Selimut yang tidak terlalu tebal & sepertinya agak berdebu (saya langsung bersin-bersin) & agak berbau apek.
- Kamar mandi yang agak sempit & toilet yang kurang bersih & berbau, tidak ada air panas, airnya duiiingiiinn bgt.
![]() |
Pemandangan siang hari yg kaami temui dalam perjalanan menuju Bajawa |
![]() |
Pemandangan siang hari yg kaami temui dalam perjalanan menuju Bajawa |
![]() |
Pemandangan siang hari yg kaami temui dalam perjalanan menuju Bajawa |
Hotel Rima tampak depan (foto milik sahabat : +Introvert Backpacker ) |
![]() |
Depan Hotel Rima |
![]() |
Depan Hotel Rima |
![]() |
Depan Hotel Rima |
JULY 4th, 2016
Sekitar jam 6 pagi WITA kami sudah bersiap menuju area breakfast, karena hari ini kami harus tiba tengah hari di Desa Denge. agar tidak kemalaman trekking menuju Desa Waerebo.
Seperti biasa, sarapan yang disajikan ala barat, roti panggang, telur ceplok, dan segelas kopi / teh. Jam setengah 8 kami sudah berada di dalam mobil, menunggu antrian isi bensin di SPBU (SPBU baru buka jam setengah 8 WITA, & antrian cukup panjang).
Tujuan kami pagi itu sebelum menuju Desa Denge adalah Sawah Cancar.
Ngapain juga lo jauh-jauh ke Flores cuma utk liat sawah ?
Sawah Cancar yg terletak di kabupaten Manggarai ini bukan seperti sawah yg kalian biasa lihat di sepanjang jalur pantura kalau lagi mudik ke Jawa, bukan juga seperti sawah di Tegalalang-Bali yg biasa disebut terasering, tapi Sawah Cancar sangat unik karena berbentuk seperti crop circle di film-film bertema alien atau mirip seperti sarang laba-laba.
Sesampainya di tempat yg dituju, mobil diparkirkan Bang Yos di halaman sebuah rumah, yg di terasnya ada sebuah meja sederhana dengan seorang bapak penjaga yg siap sedia utk meminta para wisatawan yg mau melihat Sawah Cancar untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu. Sembari mengisi buku tamu & membayar "tiket masuk", kami melihat beberapa wisatawan asing yang sudah turun dari atas bukit. Setelah diberi keterangan sedikit oleh sang bapak, kami pun segera menyusuri jalur menanjak untuk bisa melihat Sawah Cancar dari atas. Jalan yg dilalui berupa jalan setapak yg agak menanjak, kira-kira memakan waktu 15 menit. Lebih baik pakai topi atau kacamata hitam, karena meskipun udara cukup sejuk tapi sinar matahari cukup menyengat.
Sesampai di atas, bersiaplah untuk tertegun melihat Sawah Cancar yg memiliki bentuk yg menakjubkan. Di sebelah kiri, kita juga bisa melihat pemandangan Kota Ruteng dari atas.
Sawah Cancar berbentuk seperti sarang laba-laba disebut juga Lingko dalam bahasa Manggarai. Sawah ini bukan merupakan milik perseorangan, tapi milik beramai-ramai. Jadi Lingko adalah tanah adat milik bersama, dikerjakan bersama, digunakan bersama, untuk kepentingan bersama.
Lingko menyerupai atap rumah adat Suku Manggarai (Mbaru Niang) yang keberadaannya bisa kita temui di Desa Waerebo, yaitu terdiri dari satu titik pusat lalu menyebar semakin melebar berbentuk lingkaran. Pembagian sawah Lingko dimulai dari titik tengah / titik pusat (lodok) hingga ke batas lingkaran terluar (cicing) dan luasnya jatah sawah bergantung kepada kedudukan seseorang atau jumlah anggota dalam satu keluarga. Semakin besar keluarga tsb, semakin besar pula jatah sawah yang didapat.
Filosofi lain yg sempat saya tangkap dari keterangan si Bapak, titik pusat (lodok) merupakan lambang pemimpin, yang harus dituruti oleh masyarakat.
Sedangkan batas terluar sawah adat (cicing) melambangkan bahwa sejauh-jauhnya orang berkelana mencari penghidupan, jangan sampai lupa pada tanah kelahirannya.
What a great philosophy !!
![]() |
Jalur trekking yg harus dilalui |
BUDGET YANG DIROGOH DARI DOMPET & KETERANGAN LAIN :
- Sewa kamar Hotel Rima : IDR 200,000/malam (economic triple room, incl breakfast).
- Sewa mobil (incl driver & BBM) : IDR 600,000 / hari
- HTM Sawah Cancar : IDR 15,000 / orang
- Waktu tempuh Riung - Bajawa : 4,5 jam
- Waktu tempuh Bajawa - Aimere : 1 jam
- Waktu tempuh Aimere - Ruteng : 3,5 jam
- CP sewa mobil+driver+BBM : Pak Robert (0812 - 2732 - 0223)
SIMAK JUGA ITINERARY & CERITA LAIN KAMI DI FLORES :
- Hari 1 : Desa Moni (Perhentian Sejenak Pelipur Lelah)
- Hari 2 : Danau Kelimutu (Menanti Pagi Di Batas Langitnya)
- Hari 3 : Riung (Main Air & Bertemu Batman)
- Hari 4 : Waerebo jilid I (Cinta Pada Pandangan Pertama)
- Hari 5 : Waerebo jilid II (Cinta Pada Pandangan Pertama)
- Hari 6 : Labuan Bajo (Seseruan di Tengah Laut Jilid 1)
- Hari 7 : Labuan Bajo (Seseruan di Tengah Laut Jilid 2)
0 comments:
Posting Komentar